Dulu kita sering sekali bertengkar.
Ntah kenapa, sekarang ingin mengucapkan
"Hai. Apa kabar?" Saja sangat canggung.

Aku ingin kembali menjadi kecil.
kembali ke masa saat kita bertengkar hanya karna sebuah remote tv.
.
.
.
.
Siang itu cuaca mendung, tapi anehnya hujan tak kunjung datang.
Mungkin semesta tau perihal gadis kecil yang menahan rindunya namun menahan untuk diungkapkan.

"Aku dengar kau sedang sakit. Kau tak apa?" Tanyaku saat bertemu dengannya.
Ia pun mengangguk pelan sambil tersenyum tipis "Hm tak apa. Hanya sedikit pusing"

Ingin rasanya aku marah ketika mendengar jawabannya.
Tidak bisakah dia berhenti berpura-pura kuat.
"Aku sudah tau semuanya. Bisa kah kau jujur sedikit? Aku benci dengan orang yang berpura-pura"

Ia pun bangkit dari duduknya, kini ia berdiri dan memegang pundakku. "Aku hanya ingin menjadi laki-laki kuat di depanmu. Aku tidak ingin kau menjadi gadis yang cengeng. Karna aku tahu, setiap kali aku sedih kau pasti akan menangis. Tumbuhlah menjadi gadis yang kuat. Karna kau sekarang sudah dewasa"

Aku menepis tangannya setelah mendengar celoteh yang keluar dari mulutnya.
"Aku... aku tidak mau menjadi dewasa! Menjadi dewasa itu menyakitkan. Setiap kali kita tumbuh dewasa kita harus berpura-pura kuat. Kita harus menahan rindu yang malu untuk diucapkan. Kau tau betapa rindunya aku dengamu? Bahkan kau yang katanya telah dewasa pun tak tahu jika aku sangat merindukanmu"

Ia pun langsung memeluk dan mendekapku.
Tak ada kata yang diucapkan oleh kami.
Hanya tangis isak yang keluar dari mulut kami untuk menyuarakan kerinduan yang sudah lama tertahan. Bersamaan dengan itu hujan pun turun membasahi kami berdua.
Aku yakin, pasti semesta pun setuju denganku.